Skip to main content
EdukasiArtikel

Bangun Komunikasi Efektif dengan Remaja

Dibaca: 430 Oleh 31 Okt 2023November 7th, 2023Tidak ada komentar
Bangun Komunikasi Efektif dengan Remaja
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

http://bandungkota.bnn.go.id, Bandung – Komunikasi adalah aktivitas yang kita lakukan dalam rangka menyampaikan pesan kepada orang lain. Sebuah komunikasi dikatakan efektif ketika pesan yang diberikan dapat diterima dengan baik dan dipahami oleh lawan bicaranya, sehingga tidak terjadi salah persepsi dan berujung miskomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya perubahan sikap setelah lawan bicara menerima informasi, ide, dan perasaan dari pemberi pesan, yang dengan perubahan sikap tersebut dapat menunjang hubungan baik antar kedua belah pihak. Menyampaikan pesan secara singkat, padat, dan jelas merupakan salah satu cara menyampaikan komunikasi yang efektif dan efisien. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua orang bisa menangkap maksud yang sesuai meski pesannya sudah disampaikan sesederhana mungkin.

Banyak faktor yang perlu diperhatikan jika hendak melakukan komunikasi yang efektif, seperti kesiapan lawan bicara untuk menerima pesan, bekal pengetahuan, kemampuan mengolah informasi, dan kestabilan emosi lawan bicara. Komunikasi sejatinya adalah soal seni berbicara dan penentuan waktu yang tepat. Apalagi jika lawan bicaranya adalah remaja, di mana secara fitrah emosi mereka masih labil, cenderung menentang, dan lebih suka gaya interaksi pertemanan daripada yang cenderung memerintah. Kondisi yang kompleks ini membuat cara berkomunikasi efektif dengan remaja menjadi lebih rumit dan membutuhkan keterampilan tertentu. Berikut ini adalah beberapa tips menurut Lia Windiarti, S.Pd yang perlu diperhatikan untuk bisa membangun komunikasi yang efektif dengan remaja.

  1. Mencari kesempatan untuk berdialog

Salah satu faktor keberhasilan komunikasi efektif adalah dengan menyamakan frekuensi, menemukan waktu dan momen yang tepat untuk berdialog. Pesan yang disampaikan tidak pada waktu yang tepat dapat mengurangi tingkat efektivitas komunikasi. Bisa saja pesan masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau malah muncul reaksi penolakan karena kondisi lawan bicara belum siap menerima pesan. Contoh waktu yang bisa dipertimbangkan adalah: saat makan bersama, setelah ibadah bersama, nonton bersama, dan melakukan perjalanan bersama.

  1. Mendengarkan dengan aktif

Mendengarkan dengan aktif artinya mendengarkan dengan seksama, menjadikan seluruh anggota tubuh seolah-olah telinga sehingga bisa menangkap semua pesan yang disampaikan oleh lawan bicara, baik yang terdengar melalui lisan maupun yang tampak melalui gerak-gerik bahasa tubuhnya. Ketika mendengarkan secara aktif, pendengar tidak bisa langsung membantah/menyela pembicaraannya, apalagi sampai memberi judgement dan terbawa emosi. Cobalah dengarkan ceritanya dengan tenang sambil menggali-gali informasi darinya. Hayati setiap ceritanya dan ikut merasakan apa yang dirasakannya. Posisikan diri sebagai teman agar lawan bicara merasa lebih nyaman untuk bercerita.

Menunjukkan sikap mendengarkan dengan aktif artinya kita mendengarkan ceritanya dengan bijak dan empati. Hal ini akan memudahkan komunikasi dua arah yang efektif dengan lawan bicara.

  1. Menerima pendapat dari perspektif remaja

Saat remaja bercerita, sebaiknya tanyakan apakah mereka butuh masukan atau solusi dari kita. Terkadang mereka tidak butuh saran atau masukan apapun dari pendengar, mereka hanya ingin bercerita untuk sekadar mengeluarkan unek-unek dan melegakan perasaannya. Jika demikian, maka tugas pendengar adalah hormati dan hargai pendapatnya. Seorang remaja yang tidak pernah bercerita pada orang tuanya meski sudah diberi kesempatan, bisa jadi karena pihak orang tua tidak bisa menerima pendapat dari perspektif remaja. Hal ini menjadikan remaja memiliki mindset bahwa dirinya akan dimarahi dan akan dihakimi oleh orang tua yang tidak bisa menerima pendapatnya. Sehingga, remaja yang tadinya ingin bercerita akhirnya mundur pelan-pelan, dan merasa lebih baik cerita ke teman daripada ke orang tuanya. Perlu diingat bahwa anak juga butuh validasi, jangan hanya orang tua saja yang menuntut minta divalidasi tanpa mau memberi validasi pada anak.

  1. Mengajak berpikir di situasi yang sedang dihadapi

Pada dasarnya, remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, di mana seseorang akan mencari tahu banyak hal dan mencoba menemukan jati diri. Remaja akan senang mencoba berbagai gaya rambut, gaya pakaian, mencoba merokok, pacaran berlebihan, atau bahkan mencoba hal-hal yang secara norma tidak patut dicoba, yang tentunya tidak dikehendaki orang tua. Jika ada kasus demikian, sebagai orang tua sebisa mungkin jangan terbawa emosi, tenangkan diri dahulu, lalu coba hadapi dengan kepala dingin. Ajaklah remaja untuk berpikir menghadapi situasi, melakukan simulasi pikiran dan coba memposisikan diri dalam situasi yang dialami orang lain. Hal ini bisa meningkatkan empati dan kepekaan remaja terhadap perasaan orang lain.

Orang tua juga harus mau memperkaya informasi dan wawasan agar memiliki banyak alternatif dalam mengajak remaja berpikir tentang kehidupannya. Karena ada kalanya remaja juga tidak bisa diberi tahu secara frontal, tidak bisa diajak berpikir to the point pada inti permasalahan, tetapi butuh pembahasan yang berbelit-belit ke sana kemari baru mereka bisa paham. Hal ini dikarenakan remaja juga masih dalam tahap belajar memahami tentang kehidupan, sehingga orang tua perlu bersabar dalam memberinya wawasan dan pemahaman yang dibutuhkan. Jangan memberi kalimat larangan, karena itu seperti perintah bagi remaja. Komunikasi harus dilakukan dua arah, agar dapat membangun kepercayaan dengan remaja.

  1. Memberikan batasan dan negosiasi serta buat kesepakatan

Sebagai individu yang sedang berkembang, remaja membutuhkan privasi. Meski begitu, kita juga ingin melakukan yang terbaik agar mereka tetap aman dari pergaulan yang terlalu bebas, sebagai contoh ketika remaja ingin keluar malam dan ingin jalan dengan teman-teman. Di satu sisi remaja sedang menjalankan tugas perkembangannya untuk bersosialisasi dan eksplorasi, tetapi kita juga khawatir akan keamanan dan keselamatannya. Maka dari itu, cobalah buat kesepakatan yang dapat diterima baik oleh remaja maupun oleh orang tua. Sampaikan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar remaja, lakukan negosiasi jika remaja mengajukan keberatan, dan diskusikan hingga tercapai sebuah kesepakatan bersama.

  1. Orang tua dan anak remajanya belajar dan bertumbuh bersama

Hidup adalah sebuah proses. Setiap hari dan setiap fase kehidupan sejatinya adalah proses pembelajaran. Orang tua perlu belajar menjadi orang tua yang baik dan anak juga perlu belajar menjadi anak baik yang berbakti. Seiring berjalannya waktu, zaman juga terus berkembang dan trend cenderung berubah-ubah. Orang tua harus mau update info tentang hal-hal apa saja yang sedang dihadapi remaja, terbuka dengan informasi, dan mengedukasi diri. Dengan begitu orang tua bisa mencegah remaja agar tidak terjerumus pada perliaku yang tidak seharusnya, dan tidak panik jika anaknya ketahuan terlibat hal-hal tersebut.

Orang tua juga bisa mencoba menyukai apa yang remaja sukai agar tahu apa yang remajanya tahu. Ada kalanya orang tua perlu memaksakan diri untuk menyempatkan, membuat diri bisa dan mau menyukai apa yang remaja sukai untuk bisa membangun kedekatan secara emosional dengan remaja. Dengan demikian, remaja merasa didengar dan dipahami. Misal dengan mencoba menyukai film, musik, group band, atau artis kesukaan remajanya.

Orang tua harus memiliki kearifan dan pemahaman bahwa anak remajanya mengalami masa perubahan yang perlu dibimbing dan diarahkan. Agar hal tersebut bisa diwujudkan, orang tua yang memiliki anak remaja harus mampu berperan tidak hanya sebagai orang tua, tetapi juga berperan sebagai sahabat yang bisa dijadikan tempat berbagi dan tempat cuhat. Orang tua harus lebih paham tentang anaknya lebih dari siapapun.

Demikian beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membangun komunikasi efektif dengan remaja. Meski pembahasan ini dikuhususkan untuk lawan bicara remaja, tetapi tentu saja bisa juga diterapkan untuk teman dan rekan sejawat, agar bisa menyampaikan komunikasi dengan efektif dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang sekitar. Semoga pengetahuan ini dapat membantu pembaca sekalian untuk membantu mewujudkan lingkungan kondusif anti narkoba. Salam War on Drugs!

Narasumber : Lia Windiarti, S.Pd (Guru BK SMPN 10)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel